Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2012, diperkirakan oleh Bank Indonesia hanya sebesar 6,3 persen, lebih rendah dari proyeksi untuk 2011
sebesar 6,4 persen.
Dimana kata
Ekonom Bank Dunia Perwakilan Indonesia, Shubham Chaudhuri, di Institut
Kebijakan Publik Paramadina Jakarta pada hari selasa menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
pelambatan pertumbuhan ini adalah kemorosotan ekonomi global. Menurut beliau, pasar
keuangan Indonesia tidak kebal terhadap guncangan eksternal. Tetapi
Indonesia tetap menunjukkan kinerja ekonomi yang kuat di tengah
banyaknya negara di dunia yang mengalami penurunan tajam posisi fiskal
dan neraca keuangan sektor swasta sejak 2008.
Lebih lanjut Shubham mengatakan, fundamental ekonomi makro Indonesia yang kokoh adalah pertahanan utama dalam menghadapi gejolak pasar yang terus berlangsung.
Menurut beliau, penting bagi Indonesia mengambil langkah-langkah meningkatkan ketahanan terhadap goncangan pasar keuangan global termasuk dengan menghindari ketidakpastian dalam kebijakan.
Bank Dunia telah menurunkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dari 6,7 persen menjadi 6,3 persen pada Juni 2011 karena melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang utama dan harga komoditas.
Namun, menurut Shubham, angka ini masih menempatkan perekonomian Indonesia pada posisi yang kuat.
"Saat ini, dalam skenario Bank Dunia, tidak perlu dilakukan perhitungan darurat," kata Shubham.
Namun, menurut beliau, sebagai persiapan untuk menghadapi skenario krisis ada beberapa hal penting yang bisa dilakukan antara lain mengkaji ulang protokol krisis manajemen terutama pada sektor finansial, mempertimbangkan pembiayaan tak terduga untuk anggaran, dan mempersiapkan rencana darurat berupa stimulus fiskal.
Pada skenario yang pesimistis termasuk jika terjadi krisis keuangan internasional serta melemahnya permintaan eksternal, maka Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 akan turun hingga hanya 5,5 persen.
Sedangkan pada skenario yang ekstrim di mana krisis menyebabkan turunnya pertumbuhan global secara signifikan dan India serta China juga menghadapi pertumbuhan yang besar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 akan merosot tajam namun masih berada di atas empat persen.
Lebih lanjut Shubham mengatakan, fundamental ekonomi makro Indonesia yang kokoh adalah pertahanan utama dalam menghadapi gejolak pasar yang terus berlangsung.
Menurut beliau, penting bagi Indonesia mengambil langkah-langkah meningkatkan ketahanan terhadap goncangan pasar keuangan global termasuk dengan menghindari ketidakpastian dalam kebijakan.
Bank Dunia telah menurunkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi tahun 2012 dari 6,7 persen menjadi 6,3 persen pada Juni 2011 karena melemahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang utama dan harga komoditas.
Namun, menurut Shubham, angka ini masih menempatkan perekonomian Indonesia pada posisi yang kuat.
"Saat ini, dalam skenario Bank Dunia, tidak perlu dilakukan perhitungan darurat," kata Shubham.
Namun, menurut beliau, sebagai persiapan untuk menghadapi skenario krisis ada beberapa hal penting yang bisa dilakukan antara lain mengkaji ulang protokol krisis manajemen terutama pada sektor finansial, mempertimbangkan pembiayaan tak terduga untuk anggaran, dan mempersiapkan rencana darurat berupa stimulus fiskal.
Pada skenario yang pesimistis termasuk jika terjadi krisis keuangan internasional serta melemahnya permintaan eksternal, maka Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 akan turun hingga hanya 5,5 persen.
Sedangkan pada skenario yang ekstrim di mana krisis menyebabkan turunnya pertumbuhan global secara signifikan dan India serta China juga menghadapi pertumbuhan yang besar, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 akan merosot tajam namun masih berada di atas empat persen.
sumber :
http://www.pinehas.blogger-indonesia.com/2011/10/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-pada.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar